http://www.youtube.com/watch?v=J0fXLwoK0q4
Sudah lumrah bila angkatan udara punya pesawat pembom, tapi agak
terdengar beda bila yang punya pembom adalah angkatan laut. Faktanya,
memang hanya beberapa kekuatan terpilih di dunia yang punya pembom pada
etalase penerbangan angkatan lautnya. Dan, Indonesia pernah menjadi
salah satu kekuatan tersebut, yakni pada dekade 60-an.
Selain publik di Indonesia terbetot dengan kemasyuran sosok pembom berat jarak jauh
Tu-16 Badger milik
TNI AU (d/h AURI), Indonesia juga kebagian pembom kelas sedang, Il-28,
bomber buatan Ilyushin Design Bureau, jenis pesawat pembom multirole
yang dicipitakan Uni Soviet pasca Perang Dunia Kedua. Karena momen
meluncurnya pesawat ini bertepatan dengan masuknya era Perang Dingin,
maka seperti sudah menjadi tradisi, Il-28 pun diberi sebutan oleh NATO
sebagai Beagle, dan jadilah sebutan yang populer Il-28 Beagle hingga
saat ini.
Di luar Uni Soviet, Cina, dan negara-negara Eks Pakta Warsawa,
Indonesia termasuk operator Il-28 dengan jumlah yang lumayan banyak.
Il-28 dalam catatan digunakan oleh TNI AU dan TNI AL (d/h ALRI). Di
lingkup TNI AU, Il-28 masuk dalam Skadron Udara 21 yang bermarkas di
Lanud Kemayoran, Jakarta. Dari segi jumlah, ada dua versi, menurut
Wikipedia Il-28s TNI AU ada 12 unit. Sementara dikutip dari Edisi
Koleksi Angkasa “Operasi Udara Trikora,” disebutkan TNI AU menerima 18
unit Il-28. Sementara TNI AL lewat Puspenerbal (Pusat Penerbangan
Angkatan Laut), menurut Wikipedia disebut-sebut menerima lebih daro 30
unit Il-28T torpedo bomber dan 6 unit Il-28U sebagai pesawat latih (
trainer). Tapi ada info lainnya, bahwa TNI AL hanya ketempatan 10 unit Il-28T dan 2 unit Il-28U.
Il-28T ALRI
Il-28U (trainer) milik ALRI
Sebagai medium bomber era jet pertama, Il-28 dirancang untuk
mengusung bom-bom konvensional. Bila TNI AU menggunakan versi Il-28s
yang kemampuannya standar. Lain halnya dengan TNI AL yang mengoperasikan
Il-28T yang punya kemampuan melepaskan torpedo. Masuk dalam etalase
Skadron Udara 500, menjadikan kekuatan penerbangan AL Indonesia menjadi
yang terkuat di belahan Asia Selatan pada era 60-an. Pasalnya, armada
Penerbal TNI AL tidak sebatas pada peran angkut dan intai maritim, tapi
juga mencakup peran penindakan pada target di lautan, baik kapal
permukaan dan kapal selam.
Pada masa Trikora, porsi pelibas kapal perang Belanda dari udara memang dipersiapkan cukup beragam. Sebut saja dari
Tu-16 dengan rudal anti kapal
AS-1 Kennel dan
Gannet
yang bisa melempar torpedo hingga bom laut. Kebetulan Soviet pun punya
porsi yang besar pada varian AKS (anti kapal selam) pada Il-28, maklum
pada era Perang Dingin terjadi psy war di lingkup kekuatan di samudera.
Dari belasan varian Il-28 yang diproduksi Soviet, ada dua tipe yang
dirancang untuk peperangan di lautan, yaitu Il-28T dan Il-28PL.
Il-28T
Sebagai varian untuk mengejar target di lautan, Il-28T di dapuk punya
sista tersendiri, yaitu dapat membawa dua torpedo ukuran kecil atau satu
torpedo ukuran besar. Untuk torpedo ukuran besar, yang dimaksud adalah
RAT-52 rocket propelled torpedo. Torpedo ditempatkan pada bomb bay.
Sayangnya tidak ada informasi, mengenai bekal radar dan perangkat
elektronik untuk pengindraan di lautan.
Dikutip dari
Angkasa.co.id,
salah satu pilot Penerbal yang juga saksi hidup sejumlah misi tempur
yang dilaksanakan para pilot Penerbal, Kolonel (Purn) H. Dana Is (70),
para sejawatnya memang terkenal pemberani. Dana yang pernah menerbangkan
pesawat pengebom torpedo Il-28 dan Dakota telah kehilangan beberapa
senior karena keberanian sekaligus kenekatan mereka.
Il-28U
“Penerbal pernah memiliki pesawat Il-28 sebanyak 12 unit. Sepuluh
unit Il-28T untuk pengebom torpedo dan dua unit lainnya Il-28U untuk
pesawat latih. Saat itu sebagai pilot muda para senior semangat sekali
untuk berperang sehingga kadang-kadang sikap berani mengalahkan akal
sehat,’’ papar Dana yang juga alumni Akademi Angkatan Laut tahun 1967
itu. “Oleh karena itu meskipun suku cadang makin menipis akibat
renggangnya hubungan RI dan Rusia, para pilot IL-28 masih berani terbang
sehingga sejumlah kecelakaan pun tidak bisa dihindari,” tambahnya.
Mendarat Darurat
Selama melaksanakan misi penerbangan baik dalam latihan maupun
pertempuran dari 12 Il-28 yang tergabung dalam Skuadron 500, lima di
antaranya mengalami kecelakaan (accident). Satu pesawat mendarat darurat
di Pantai Banyuwangi, Jawa Timur. Tiga awak Il-28, Letnan Muda (LMU)
Wulang Sutekowardi dan seorang navigator, Suyono berhasil mendarat
selamat tapi pesawatnya rusak total. Satu pesawat Il-28 lainnya hilang
dan tidak kembali ke pangkalan pada waktu latihan terbang navigasi di
atas Pulau Masalembo, Madura.
Ruang navigator
Ironisnya penerbang yang hilang di Masalembo adalah LMU Wulang yang
pernah mendarat selamat di pantai. Dua awak Il-28 yang hilang bersama
LMU Wulang adalah navigator Gatot Mulyohadi dan operator persenjataan di
pesawat, Kopral Sudjati. Kecelakaan berikutnya ketiga, keempat, dan
kelima adalah kecelakaan saat mendarat. Dua kali terjadi di Pangkalan
Udara Kemayoran, Jakarta dan satu lagi terjadi di Pangkalan Udara
Makassar, Sulawesi Selatan. Beruntung dalam tiga kecelakaan terakhir
tidak terjadi korban jiwa.
“Menjadi pilot Penerbal memang banyak tantangannya karena kehidupan
para pilotnya berada dalam situasi high risk. Kondisi itu sangat kami
pahami maka latihan dan sikap disiplin dan teliti dalam menerbangkan
menjadi sangat penting. Kami kemudian hanya berani terbang setelah
menandatangani dokumen kelaikan terbang. Khsususnya untuk terbang
malam,’’ tambah Dana.
RAT-52 Aircraft Torpedo
Bila
Tu-16KS punya
AS-1 Kennel untuk mengkaramkan kapal induk, maka Il-28T punya senjata
pamungkas berupa torpedo RAT-52. Torpedo ini secara khusus dirancang
untuk dilepaskan dari pesawat udara atau helikopter, dan pertama kali
dirilis pada tahun 1952. RAT-52 punya diameter 450 mm dengan panjang 4
meter. Bobot ‘lontong baja’ ini mencapai 627 kg dengan hulu ledak
seberat 200 kg. Sebagai pemandu, torpedo ini mengandalkan
passive acoustic homing.
Il-28T Uni Soviet saat proses loading torpedo RAT-52
Torpedo Yu-2 buatan Cina
Torpedo dengan solid rocket ini dapat memburu sasaran dengan
kecepatan maksimum 400 knots. Sementara jangkauan maksimumnya mencapai
10.000 meter. Sebagaimana sudah jadi tradisi, setiap produk andalan Uni
Soviet selalu ‘dicontek’ oleh Cina. Dan jadilah Negera Tirai Bambu ini
punya Yu-2 yang mulai diproduksi pada tahun awal tahun 70-an. Sebagai
informasi, Cina juga membuat lisensi Il-28 yang diberi label H-5 buatan
Harbin Aircraft Manufacturing. Bahkan H-5 menjadi versi Il-28 yang
paling akhir mengudara, yaitu digunakan sampai tahun 2011.
The Bomber Armament
Pembom ini dibangun Uni Soviet pasca Perang Dunia Kedua, tepatnya pada
tahun 1947 prototipe Il-28 diluncurkan dengan kemampuan membawa muatan
bom seberat 3 ton pada kecepatan 800 km per jam. Il-28 dirancang untuk
diawaki oleh 3 orang (pilot, navigator dan penembak senapan mesin/tail
gunner). Khusus untuk penembak senapan mesin, posisin ya berada
terpisah, yakni ada di ekor dalam kompartemen bertekanan. Sementara
navigator yang juga berperan sebagai pengebom posisinya berada di dalam
area kaca di hidung pesawat. Sebagai juru bombing, awak navigator
dibekali dengan pembidik OPB-5 peninggalan Perang Dunia Kedua. Sementara
posisi pilot duduk dibawah kanopi berbentuk gelembung. Kanopi dibuka
menyamping dengan kaca yang punya kualifikasi mampu menahan terjangan
proyektil.
Kembali ke juru tembak pada bagian ekor (tail gunner), kelengkapan
senjata yang diandalkan adalah dua pucuk kanon Nudelman Suranov-23 NS
kaliber 23 mm. Setiap pucuk dibekali dengan kapasitas 250 amunisi. Dalam
beberapa operasi, keberadaan kanon ini dilepas untuk meringanka bobot
pesawat. Tapi itu baru pertahanan dari sisi belakang, Il-28 nyatanya
juga dibekali dua pucuk kanon kaliber 23 mm dengan laras sudut tetap,
yakni posisinya ada kiri dan kanan, tepatnya dibawah hidung pesawat, dan
langsung dioperasikan oleh pilot.
Deretan Il-28s milik AURI
Bomb bay (bomb rack) Il-28
Sebagai pesawat pembom, Il-28 seperti halnya pembom berat legendaries
Tu-16 Badger, juga dibekali dengan bomb bay (ruang khusus bom). Bomb
bay terletak di bagian perut dengan penutup yang dapat dikendalikan
secara hidrolik. Bomb bay dapat memuat bom dengan bobot total 3 ton.
Bagian sayap juga bisa diberi cantolan empat bom, yang masing-masing
berbobot 100 kg.
Dari segi desain, Il-28 terbilang unik, pasal sayap dan ekor dibagi
secara horizontal melalui pusat sayap, sementara badan pesawat terbelah
secara vertikal di
centerline. Pola tersebut memudahkan dalam
perakitan dan ekonomis dalam produksi, tapi berdampak pada peningkatan
pada berat struktur pesawat.
kanon Nudelman Suranov-23 NS kaliber 23 mm
Tail gunner dengan pintul palka di ekor pesawat
Prototipe pertama Il-28 terbang perdana pada 8 Juli 1948. Pada
penerbangan perdana Il-28 menggunakan mesin Rolls Royce Nene. Pengujuan
perdana dilakukan oleh Vladimir Kokkinaki dan mampu terbang hingga
kecepatan 833 km per jam. Kemudian pada 30 Desember 1948, meluncur
prototipe kedua yang menggunakan mesin RD-45. Lewat beragam
pertimbangan, akhirnya pada 14 Mei 1949, il-28 resmi diproduksi dalam
jumlah missal untuk pesanan AU Uni Soviet dan sekutunya. Dalam versi
resminya, Il-28 mengusung jenis mesin Klimov VK-1 Turbojet. Setelah
resmi meluncur, Il-28 dipindahkan posisi radar navigasinya dari belakang
pesawat ke area roda hidung.
Dalam hal keselamatan, pilot dan navigator duduk dalam kursi
berpelontar, sementara nasib tail gunner agak sial, karena jika dalam
keadaan darurat hanya bisa menyelamatkan diri menggunakan parasut dan
keluar dari pintu di dasar lantai.
(Gilang Perdana)
About these a